Tuesday 25 September 2018

Lampu Merah

Aku iri pada mereka
Dengan tenangnya menutup mata
Sementara ada suara parau
Tetap saja meminta.

Nanti lah ya,
Sebuah kata yang selalu menampar kejiwa
Nirwana anugrah palsu
Membelah sanubari ku

Tuan, aku belum makan
Malam ini aku kelaparan
Tuan
Tuan
Tuhaaaaan!

Berteriak
Anak malang
Yang tak punya ayah ibu
Menggerogoti malam tanpa selimut.

Jalanan

Senja didepan jendelaku
Basah oleh air dari kalbu
Disudut ruang ada yang terpukau
Menatap nirwana awan kelabu

Aku dibawah tiang lampu
Menanti malam menyambut
Sorot mata dari mobil-mobil mewah
Angkuh menawan lalu tak perduli

Meminta,
Lalu mendera
Mengharap
Pada siapa?

Monday 17 September 2018

Pergi

Dibawah gemayur hujan menghujam bumi,
Kau dan aku menanti,
Waktu yang akan pergi.

Dimalam ini,
Bulan seperti patah hati,
Meneriakkan sejuta maki,
Aku tak dapat berlari.

Disudut mimpi engkau menari,
Janji yang kelak kau tagih,
Sementara biar begini,
Malam akan berakhir pagi.

Kau tak kembali,
Lagi...


Saturday 8 September 2018

Pol itik

Sabar nak!
Sebentar lagi,
Tahan dulu.
Akan tiba saatnya,
Dimana kita akan jadi pemain,
Bukan, penonton.
Akan tiba waktunya kita,
Kita yang menguasainya,
Kita yang akan dihormatinya.
Kita takkan selamanya HINA!!!

Thursday 6 September 2018

Buih Racun

Lidahmu keluh,

Suaramu Besar,

Mencerca orang dari belakang,

Berbaik muka didepan.

Manis,

Teramat manis,

Berbaik muka supaya disuka,

Bercerita derita agar iba.

Sungguh berbahaya,

Liurmu sangat mengancam

Bicara,u bisa memusnahkan,

Niatmu sungguh bajingan,

Menikmati Hidup dalam perpecahan.

Dasar jalang!

Tuesday 4 September 2018

Hidup yang diancam ajal

Langit hitam membelah angan.
Sementara Tuhan masih duduk santai.
Kita mengaduh pada alam.
Namun gelap tetap akan menjadi teman.